Back for good…

Rasa? Tak perlu lah kuceritakan apalagi menuliskannya, karena merasakannya pun aku tak mau terlalu dalam.

 

Tak pernah terbayang olehku sebelumnya, aku menjadi orang yang sangat bergantung padanya, kehadirannya yang membuatku sangat bergantung padanya.

 

Kasih sayangnya padaku, aku tahu pasti dari matanya, terlalu mendalam untukku. Dia bukan orang yang setiap hari bertanya makan apa kamu sekarang? Dia juga bukan orang yang setiap malam berkata selamat tidur sayang.

 

Tapi ketika dia ada disamping ku, setiap pagi dia selalu mengkhawatirkan asupan makanan yang akan aku makan hari ini, dan setiap malam, ketika kesadaranku sudah dalam kondisi  setengah sadar dan setengah tertidur, dia selalu membelai rambutku sambil mencium keningku, tanpa kata-kata, tapi aku tau itulah cinta, sayang dan kasih mendalam untuk ku.

 

Suatu malam ketika aku tersadar, aku melihat badannya tertidur menghadapku, dan jari tangannya ada di rambutku, sungguh nyaman sekali saat itu. Malam itu aku menangis, tak berfikir hal yang lain, aku hanya memikirkan perasaanku tanpa peduli apa perasaannya.

 

Tapi aku sadar sekarang, rasa berat ini bukan hanya aku yang merasakannya, tapi dia pun demikian. Hapuslah air mataku, hapuslah sedihku, karena sedih ini tak pantas dilanjutkan.

 

Sekarang aku hanya mencoba dan berdoa semoga kesabaran dan keikhlasan selalu dilimpahkan pada kita berdua. Karena Tuhan Maha Adil, dan aku yakin akan ada waktunya kita bisa bersama lagi, tanpa harus terpisah jarak, bisa berbagi kasih tanpa terbatas waktu keberangkatan, dan bisa melepas rindu kami tanpa menunggu waktu kedatangan.

 

Inilah komitmen pernikahan kami, yang akhirnya aku sadari, kami sedang membangun rumah tangga yang kami mulai dari nol. Inilah tahapan hidup yang harus kami jalani. Tidak ada sesal di hatiku sama sekali, yang ada syukurku padaNya, karena limpahan rahmatNya yang tidak pernah berhenti kepada kami.

 

Anak kami, ya calon anak kami, aku yakin dia lebih kuat dibanding aku, dan kekuatan ini adalah kekuatan kita berdua.

 

Tidak boleh lagi ada kata sungguh berat perjalanan kehamilanku ini tanpa suamikubagaimana proses melahirkan nanti jika kamu tidak bisa kembali pulang bagaimana menjaga anak kita jika kamu baru kembali setelah umurnya menginjak 6-9 bulan — karena Tuhan Maha Adil dan Bijaksana, Tuhan Maha Pengasih…ketika kaumNya memohon permohonan yang baik dan permohonan yang tulus, insya Allah dikabulkan, dimudahkan dan dilancarkan segalanya. Amin.

 

Untuk suamiku, rajin belajar ya. Tidak ada yang tidak mungkin dalam dunia ini selagi kita berusaha dan berdoa. Allah SWT , insya Allah, akan memberikan jalan yang terbaik untuk keluarga ini. Maafkan aku yang membuatmu risau tadi malam dengan tangisanku yang keluar hanya karena rasa ketakutanku menjalani hidup ini. Astaghfirullah..

 

Just back for good, just back for us!

We love you, Papa!